ushul fiqih
- ..
Tekhnik dasar Ilmu Ushul Fiqh
Dalam memberi penilaian hukum terhadap segala hal, ushul fiqih selalu melihat 3 unsur yg terkandung didalamnya, Dzat, Wasail dan Maqosid.
Apakah yang ke 3 benda ini?
DZAT adalah perbuatan2 atau suatu amalan yang dzatnya sudah ibadah, contoh : Shalat.
Shalat, dzatnya sudah ibadah jadi tidak perlu lagi di lihat wasail atau maqosidnya karena dzatnya sudah ibadah, karena hukumnya telah di ketahui secara jelas didalam Al Qur'an dan hadits.
WASAIL artinya wasilah atau sarana perantara untuk melakukan suatu ibadah tersebut. Contoh, berdakwah di Facebook. Facebook ini adalah wasailnya, tidak mungkin bisa berdakwah di facebook jika tidak ada wasailnya (facebooknya).
MAQOSID artinya maksud atau niat, inilah yang nantinya akan menentukan suatu perbuatan yang kita lakukan yang tidak ada dalil qothi (tulisan explisitnya) didalam Al Qur'an dan Hadits.
Jika telah mengetahui uraian ini kita akan dengan mudah menilai suatu perbuatan itu apakah ibadah atau bukan, meskipun tidak ada dalil qothinya didalam Al Qur'an dan hadits.
Dalam pembahasan kali ini kita tidak membahas hukum2 amaliyyah yang dalilnya sudah ada didalam Al Qur'an dan Hadits yg sudah jelas, karena hal itu sudah kita ketahui hukumnya. Seperti cium tangan, dzikir, silaturahim dll, hal ini sudah tertulis secara jelas didalam al qur'an dan hadits. Jika belum jelas hukumnya kita bisa melihat penjelasan para ulama didalam kitab2 mereka..
Yang harus di ketahui, tidak segala hal yang di perintahkan didalam Al Qur'an dan Hadits bentuknya wajib, banyak perintah2 yang hukumnya tidak sampai wajib, tetapi sunnah. dan sunnah pun tidak sama, ada yang sunnah muakkad (sunnah yang diutamakan) dan ada yang ghairu muakkad (tidak begitu diutamakan).
Apa contohnya??
Shalat Sunnah qabla Magrib. Sebenarnya ada shalat sunnah sebelum shalat magrib tetapi tidak terlalu banyak di lakukan orang2 kita, karena hukumnya ghairu muakkad, tidak terlalu di utamakan. Beda sama shalat sunnah qabla subuh, qabla dan ba'da zhuhur, hukumnya sunnah muakkad (diutamakan)..
banyak lagi contoh lainnya... contoh lagi seperti MERAPATKAN SHAF PADA SHALAT BERJAMAAH. Ini hukumnya ghairu muakkad, bukan sunnah muakkad. Ini yg selalu di permasalahkan wahabi, mereka memprotes, katanya kok NU kalau shalat berjamaah shafnya jarang2 ??... trus kita di maki2 katanya NU gak ngerti sunnah, hehe, justru mereka itu yg sebenarnya gak ngerti sunnah. Merapatkan shaf pada shalat berjamaah memang sunnah tetapi ghairu muakkad, bukan sunnah muakkad. Didalam shalat berjamaah lebih diutamakan menjaga kenyamanan jemaah lainnya.
Shalatnya rapat2 tetapi ini bisa mempersempit ruang gerak para jemaah, sehingga kesulitan utk melakukan sujud dengan sempurna. Akhirnya pas sujud gak khusyu karena sangat sempit, tentu sarana mencapai kekhusyuan lebih utama ketimbang merapatkan shaf. Beda halnya jika shaf agak jarang, sujud pun akan terasa nyaman.
Beda dengan para sahabat, mereka sesempit apapun ruang sujudnya mereka tetap khusyu, lhhha kalau kita ??? sujud sempit2 mana orang yg di sebelah jubahnya bau lagi, wkwkwk, gimana bisa khusyu??? Jadi orang yg suka ngotot di masjid2 ini mereka yg sebenarnya dangkal ilmu nya tetapi sok nyunnah, tetapi tidak tahu kaidah2 sunnah itu bagaimana
Nah ini contoh. Kita balik lagi ke masalah ushul fiqh.
Perkara shalat tadi adalah perkara2 yg sudah jelas hukumnya, tidak perlu lagi kita bahas, sekarang yg kita bahas adalah hal2 yg tidak ada dalilnya didalam al qur'an dan hadits secara qothi (leterteg).
Para ulama, ketika ingin beristinbath hukum (menentukan hukum) suatu perkara yg tidak ada nash qothinya didalam alqur'an dan hadits, mereka selalu mengembalikan hal tersebut kepada HUKUM ASALNYA. Jika suatu perbuatan itu tidak ada nashnya, maka akan dilihat WASAIL DAN MAQOSIDNYA..(sarananya dan maksudnya/niat)
Kita ambil contoh : MAULID.
Maulid ini tidak ada dalil qothinya baik didalam Al Qur'an maupun Hadits. Tetapi para ulama telah sepakat hukumnya sunnah. Lha kok bisa begitu?? disini wahabi kebingungan ketika kita mengatakan demikian. Menurut mereka sunnah itu adalah apa2 yang dicontohkan Rasulullah saw saja yg berdasarkan dengan keterangan hadits2 shahih. Padahal bukan itu definisi sunnah. Mereka kebingungan ketika kita bilang MAULID ITU SUNNAH, trus mereka langsung emosi sambil nanya : MANA DALIL SHAHIHNYA ? hehehehe...
Kenapa Maulid bisa di bilang sunnah ??..
Kita urai dari ushul fiqihnya...
Tadi kita menjelaskan, segala perbuatan itu dilihat dari 3 perkara. DZAT, WASAIL DAN MAQOSID.
Maulid tidak ada nash qothinya didalam Al Qur'an dan Hadits, jadi kita kembalikan kepada hukum asalnya.
Untuk kaidah2 ushul fiqih secara lengkap kita di lihat disini : https://www.facebook.com/note.php?note_id=464358450301604
Maulid kita lihat dulu DZAT, WASAIL DAN MAQOSIDNYA..
Apakah Dzat maulid itu adalah ibadah ?? jawabannya tidak, karena tidak ada dalil dari alqur'an dan hadits secara qothi bahwa kita harus maulidan. Jika dzatnya bukan ibadah berarti bentuk ibadahnya tergolong kedalam IBADAH GHAIRU MAHDOH, bukan IBADAH MAHDOH...
Jadi Maulid ini termasuk kedalam jenis ibadah GHAIRU MAHDOH, bukan IBADAH MAHDOH seperti shalat, haji, puasa dll.
Jadi sangat lucu ketika wahabi ada yg berkata, BOLEHKAH KITA SHALAT MAGRIB 4 RAKAAT ? KAN BAGUS TUH kata mereka, disinilah dangkalnya ilmu mereka, maulid di sandingin dengan shalat, padahal jenis ibadahnya berbeda. SHALAT ITU IBADAH MAHDOH, DZATNYA SUDAH IBADAH DAN ADA RUKUN2 DAN ADA SYARAT SYAH NYA, TIDAK BOLEH DIGANGGU GUGAT.
Beda sama maulid, dzatnya bukan ibadah.
Maka karena dzatnya bukan ibadah, kita lihat lagi WASAILNYA
Apakah wasail dari maulid ??, APAKAH SARANA UNTUK MENCAPAI MAULID??? yaitu BERKUMPUL..
jadi maulid itu tidak akan terjadi jika tidak berkumpul...
apakah BERKUMPUL ITU IBADAH ?? jawabannya TIDAK.. karena belum jelas berkumpulnya utk apa.. baru sebatas berkumpul saja, belum jelas mau ngapain...maka kita kembalikan kepada hukum asal fiqih dari berkumpul.
KITA LIHAT LAGI KAIDAH2 USHUL FIQIH DISINI https://www.facebook.com/note.php?note_id=464358450301604
disitu dinyatakan bahwa :
ا لأ صــل فى الأ شـــيـاء ا لأ بــا حـة
Hukum asal segala sesuatu adalah boleh
ا لأ صــل فى الأ شـــيـاء ا لأ بــا حـة حــتى يــد ل ا لــد لــيـل عـلى تــحــر يــمــهــا
Hukum sesuatu pada asalnya adalah boleh sehingga ada dalil yang mengharamkannya.
ا لأ صــل فى ا لأ نــســا ن ا لــبــرا ء ة
Asal pada manusia adalah bebas
Maka hukum asal BERKUMPUL itu adalah BOLEH, tidak haram, tidak makruh, dan tidak pula wajib, tidak pula sunnah. Karena belum jelas ngumpulnya mau ngapain.
Setelah kita ketahui hukum WASAILnya adalah MUBAH... maka kita lihat lagi MAQOSIDNYA, (MAKSUDNYA) nah .. inilah nanti yg akan menyiratkan hukumnya..
NGUMPULNYA ORANG MAULID ITU MAKSUDNYA APA?? niatnya apa?? tujuannya apa??
Tujuan orang maulidan adalah untuk dakwah, untuk dzikir, untuk tabligh, untuk silaturrahim, untuk shalawat, utk bahas ilmu, dll.. Maka kita lihat hukum2 dari hal2 ini..
apa hukumnya dakwah ?? Sunnah, dalilnya jelas
apa hukumnya dzikir?? sunnah, dalilnya jelas
apa hukumnya tabligh?? sunnah, dalilnya jelas
apa hukumnya silaturrahim?? sunnah, dalilnya jelas
apa hukumnya shalawat ?? sunnah, dalilnya jelas
MAKA HUKUM BERKUMPUL YANG TADINYA MUBAH... BERUBAH MENJADI SUNNAH, karena MAQOSIDNYA SUNNAH....Inilah maulid
disinilah makanya di katakan MAULID ITU HUKUMNYA SUNNAH..dan ini sama halnya dengan Tahlilan, yasinan, dll
tetapi jika ngumpul2 tadi MAQOSIDNYA (maksud/niat/tujuan) nya utk maksiat, utk gosipin orang, utk maling, MAKA HUKUM BERKUMPULNYA MENJADI HARAM...
karena maksiat dalilnya jelas
gosipin orang dalilnya jelas
maling dalilnya jelas..
Dari tekhnik ini kita bisa melihat hal2 yg lainnya..
Misalnya dakwah di Facebook..
apakah main facebook itu dzatnya ibadah?? tidak
apakah wasailnya (facebooknya) ibadah ?? tidak...
apakah niatnya utk dakwah itu ibadah?? iya,,dalilnya jelas
maka dakwah di facebook hukumnya SUNNAH karena NIATNYA UTK DAKWAH
tetapi jika maqosid facebooknya di gunain utk selingkuh, teror orang, menipu, MAKA MAIN FACEBOOKNYA BERUBAH JADI HARAM..
trus kita lihat lagi yg lain...
Jalan2 pagi contohnya..
apakah jalan2 pagi itu ibadah ? tidak..
apakah wasailnya (jalan kaki) itu ibadah?? tidak
apakah maqosidnya ibadah?? belum tau. jika diniatkan utk menyebar salam dan mentafakkuri alam dan sekeliling bisa berubah jadi sunnah, tetapi jika tujuannya utk nyari AYAM BUAT DI MALING, hukumnya menjadi haram..
trus gimana dengan shalat, atau haji???
shalat dan haji itu dzatiyyahnya (dzatnya) sudah ibadah, dalilnya jelas. Jika dzatnya sudah ibadah maka WASAIL dan MAQOSIDNYA tidak di perlukan lagi utk di bahas.
Karena dzatnya sudah ibadah, berarti ada rukun2 dan syarat2 syahnya. Tidak boleh di ganggu gugat atau di rubah2, jika di rubah inilah yg di sebut BID'AH DHOLALAH..
misalnya shalat, rukun2nya sudah jelas harus rukuk, sujud, dll, KITA TIDAK BOLEH merubahnya misalnya rukuknya di ganti dengan joget2, ini tidak boleh, atau haji wajibnya ke mekkah, tetapi di ganti hajinya ke CALIFORNIA, LAS VEGAS, ini tidak boleh...dan ini bid'ah dholalah..
dari sini kita sudah tau yg mana jenis2 ibadah mahdhoh, dan mana ghairu mahdoh.
ibadah mahdoh adalah ibadah yg dalil2nya sudah jelas, dan para ulama telah menyusun rukun2 dan syarat syahnya, dan sudah di tauqif (dibatasi)...inilah ibadah mahdoh.
1. Shalat ditauqif (dibatasi) dengan gerak. waktu, dan susunanannya. Susunannya tidak boleh di bolak balik, sujud dulu baru rukuk misalnya..tidak boleh, waktunya juga di tauqif, harus sesuai dengan matahari, tidak boleh kita ganti2, misalnya shalat isya di ganti siang, shalat ashar diganti jam 10 pagi, ini tidak boleh, jika di ganti,, inilah yg di sebut BID'AH DHOLALAH...tetapi maksud disini bukan qodho, qodho beda lagi,,,akan tetapi shalat tidak di tauqif dengan tempat, boleh shalat di tempat2 yg tidak di contohkan Rasul, misalnya shalat di indonesia, di amerika, dll
2. Haji, di tauqif (dibatasi) dalam hal tempat dan susunannya. sifat tauqif haji ini beda lagi sama tauqif shalat, jika shalat tidak di tauqif dg tempat, maka haji ini di tauqif dengan tempat dan waktu, Harus di mekkah, tidak boleh di ganti dgn tempat lain, waktunya juga harus di bulan yg ditentukan, tidak boleh haji di bulan ramadhan misalnya.
3. Puasa ramadhan, di tauqif dalam hal waktu, kita tidak boleh melakukan puasa ramadhan di bulan selain ramadhan, misalnya puasa ramadhannya di ganti di bulan muharram saja, ini tidak boleh. tetapi maksudnya bukan qodho.
4. wudhu, ini di tauqif dg cara, tidak boleh kita tukar2, misalnya cuci kaki dulu baru basuh muka, trus balik lagi cuci kaki, ini tidak boleh, karena rukun wudhu dan syarat wudhu sudah ada.
5. zakat fitrah, ini ditauqif dg waktu dan ukuran. Tidak boleh zakat fitrah dilakukan dibulan2 selain menjelang 1 syawal.
inilah contoh2 ibadah mahdoh, jika dirubah dari tauqif2nya maka itulah BID'AH DHOLALAH, dan kaedahnya :
في العبادات التحريم الأصل
Al aslu fil ibaadati at tahrim
Hukum asal ibadah adalah haram.
Maksudnya adalah HUKUM ASAL SEGALA PERBUATAN YANG DZATNYA IBADAH ITU ADALAH HARAM, SEHINGGA ADA DALIL YG MEMERINTAHKANNYA
wahabi sering kali memakai kaidah ini utk mengharamkan maulid, tahlilan, tarekat sufi, yasinan, dll...hal tsb menunjukkan ketidak fahaman mereka terhadap ilmu...jelas2 memakai kaidah itu utk maulid sangat2 tidak nyambung...
Beda sama ibadah ghairu mahdoh, ini tidak di tauqif. Seperti dzikir, sholawat, baca alqur'an, dakwah..para ulama tidak pernah membuat2 rukun dzikir, rukun shalawat, rukun dakwah, Dzikir harus begini begitu, harus berdiri, duduk, gak ada, karena memang tidak ditauqif oleh Rasul harus begini begitu. Dzikir mau berdiri boleh, mau sambil duduk boleh, sambil berbaring boleh, mau ngumpul boleh, mau sendiri2 boleh, mau di bulan berapapun boleh, mau hari apapun boleh, mau sambil nyangkul boleh, mau sambil gendong2 jamu boleh, sambil gendong anak boleh, sambil nanem padi boleh, sambil melempar jala boleh, diatas genteng jg boleh...
begitu juga shalawat...,
dan kaidahnya ibadah ghairu mahdoh termasuk kedalam
ا لأ صــل فى الأ شـــيـاء ا لأ بــا حـة حــتى يــد ل ا لــد لــيـل عـلى تــحــر يــمــهــا
Hukum sesuatu pada asalnya adalah boleh sehingga ada dalil yang mengharamkannya.
Maksudnya adalah HUKUM ASAL SEGALA PERBUATAN YANG DZATNYA IBADAH BUKAN IBADAH ITU ADALAH BOLEH (MUBAH), SEHINGGA ADA DALIL YG MENGHARAMKANNYA.
Pada wilayah ghairu mahdoh itu tidak ada istilah BID'AH DHOLALAH, tidak bisa di bid'ahkan, mau dibid'ah kan gimana? hukum asalnya boleh.
inilah yang harus di pahami secara jeli oleh kita agar tidak mudah tertipu dengan orang lain.
Memang ada rukun2 maulid dan tahlilan yg dibuat ulama kita, akan tetapi sifat rukunnya disini bukan wajib seperti rukun shalat, hanya utk tertib saja, dan tentu beda kedudukannya didalam syariah.
demikianlah penjelasan singkat ini, semoga bermanfaat,,
wallahu a'lam. mohon maaf jika ada kesalahan didalam penulisan...
Dalam memberi penilaian hukum terhadap segala hal, ushul fiqih selalu melihat 3 unsur yg terkandung didalamnya, Dzat, Wasail dan Maqosid.
Apakah yang ke 3 benda ini?
DZAT adalah perbuatan2 atau suatu amalan yang dzatnya sudah ibadah, contoh : Shalat.
Shalat, dzatnya sudah ibadah jadi tidak perlu lagi di lihat wasail atau maqosidnya karena dzatnya sudah ibadah, karena hukumnya telah di ketahui secara jelas didalam Al Qur'an dan hadits.
WASAIL artinya wasilah atau sarana perantara untuk melakukan suatu ibadah tersebut. Contoh, berdakwah di Facebook. Facebook ini adalah wasailnya, tidak mungkin bisa berdakwah di facebook jika tidak ada wasailnya (facebooknya).
MAQOSID artinya maksud atau niat, inilah yang nantinya akan menentukan suatu perbuatan yang kita lakukan yang tidak ada dalil qothi (tulisan explisitnya) didalam Al Qur'an dan Hadits.
Jika telah mengetahui uraian ini kita akan dengan mudah menilai suatu perbuatan itu apakah ibadah atau bukan, meskipun tidak ada dalil qothinya didalam Al Qur'an dan hadits.
Dalam pembahasan kali ini kita tidak membahas hukum2 amaliyyah yang dalilnya sudah ada didalam Al Qur'an dan Hadits yg sudah jelas, karena hal itu sudah kita ketahui hukumnya. Seperti cium tangan, dzikir, silaturahim dll, hal ini sudah tertulis secara jelas didalam al qur'an dan hadits. Jika belum jelas hukumnya kita bisa melihat penjelasan para ulama didalam kitab2 mereka..
Yang harus di ketahui, tidak segala hal yang di perintahkan didalam Al Qur'an dan Hadits bentuknya wajib, banyak perintah2 yang hukumnya tidak sampai wajib, tetapi sunnah. dan sunnah pun tidak sama, ada yang sunnah muakkad (sunnah yang diutamakan) dan ada yang ghairu muakkad (tidak begitu diutamakan).
Apa contohnya??
Shalat Sunnah qabla Magrib. Sebenarnya ada shalat sunnah sebelum shalat magrib tetapi tidak terlalu banyak di lakukan orang2 kita, karena hukumnya ghairu muakkad, tidak terlalu di utamakan. Beda sama shalat sunnah qabla subuh, qabla dan ba'da zhuhur, hukumnya sunnah muakkad (diutamakan)..
banyak lagi contoh lainnya... contoh lagi seperti MERAPATKAN SHAF PADA SHALAT BERJAMAAH. Ini hukumnya ghairu muakkad, bukan sunnah muakkad. Ini yg selalu di permasalahkan wahabi, mereka memprotes, katanya kok NU kalau shalat berjamaah shafnya jarang2 ??... trus kita di maki2 katanya NU gak ngerti sunnah, hehe, justru mereka itu yg sebenarnya gak ngerti sunnah. Merapatkan shaf pada shalat berjamaah memang sunnah tetapi ghairu muakkad, bukan sunnah muakkad. Didalam shalat berjamaah lebih diutamakan menjaga kenyamanan jemaah lainnya.
Shalatnya rapat2 tetapi ini bisa mempersempit ruang gerak para jemaah, sehingga kesulitan utk melakukan sujud dengan sempurna. Akhirnya pas sujud gak khusyu karena sangat sempit, tentu sarana mencapai kekhusyuan lebih utama ketimbang merapatkan shaf. Beda halnya jika shaf agak jarang, sujud pun akan terasa nyaman.
Beda dengan para sahabat, mereka sesempit apapun ruang sujudnya mereka tetap khusyu, lhhha kalau kita ??? sujud sempit2 mana orang yg di sebelah jubahnya bau lagi, wkwkwk, gimana bisa khusyu??? Jadi orang yg suka ngotot di masjid2 ini mereka yg sebenarnya dangkal ilmu nya tetapi sok nyunnah, tetapi tidak tahu kaidah2 sunnah itu bagaimana
Nah ini contoh. Kita balik lagi ke masalah ushul fiqh.
Perkara shalat tadi adalah perkara2 yg sudah jelas hukumnya, tidak perlu lagi kita bahas, sekarang yg kita bahas adalah hal2 yg tidak ada dalilnya didalam al qur'an dan hadits secara qothi (leterteg).
Para ulama, ketika ingin beristinbath hukum (menentukan hukum) suatu perkara yg tidak ada nash qothinya didalam alqur'an dan hadits, mereka selalu mengembalikan hal tersebut kepada HUKUM ASALNYA. Jika suatu perbuatan itu tidak ada nashnya, maka akan dilihat WASAIL DAN MAQOSIDNYA..(sarananya dan maksudnya/niat)
Kita ambil contoh : MAULID.
Maulid ini tidak ada dalil qothinya baik didalam Al Qur'an maupun Hadits. Tetapi para ulama telah sepakat hukumnya sunnah. Lha kok bisa begitu?? disini wahabi kebingungan ketika kita mengatakan demikian. Menurut mereka sunnah itu adalah apa2 yang dicontohkan Rasulullah saw saja yg berdasarkan dengan keterangan hadits2 shahih. Padahal bukan itu definisi sunnah. Mereka kebingungan ketika kita bilang MAULID ITU SUNNAH, trus mereka langsung emosi sambil nanya : MANA DALIL SHAHIHNYA ? hehehehe...
Kenapa Maulid bisa di bilang sunnah ??..
Kita urai dari ushul fiqihnya...
Tadi kita menjelaskan, segala perbuatan itu dilihat dari 3 perkara. DZAT, WASAIL DAN MAQOSID.
Maulid tidak ada nash qothinya didalam Al Qur'an dan Hadits, jadi kita kembalikan kepada hukum asalnya.
Untuk kaidah2 ushul fiqih secara lengkap kita di lihat disini : https://www.facebook.com/note.php?note_id=464358450301604
Maulid kita lihat dulu DZAT, WASAIL DAN MAQOSIDNYA..
Apakah Dzat maulid itu adalah ibadah ?? jawabannya tidak, karena tidak ada dalil dari alqur'an dan hadits secara qothi bahwa kita harus maulidan. Jika dzatnya bukan ibadah berarti bentuk ibadahnya tergolong kedalam IBADAH GHAIRU MAHDOH, bukan IBADAH MAHDOH...
Jadi Maulid ini termasuk kedalam jenis ibadah GHAIRU MAHDOH, bukan IBADAH MAHDOH seperti shalat, haji, puasa dll.
Jadi sangat lucu ketika wahabi ada yg berkata, BOLEHKAH KITA SHALAT MAGRIB 4 RAKAAT ? KAN BAGUS TUH kata mereka, disinilah dangkalnya ilmu mereka, maulid di sandingin dengan shalat, padahal jenis ibadahnya berbeda. SHALAT ITU IBADAH MAHDOH, DZATNYA SUDAH IBADAH DAN ADA RUKUN2 DAN ADA SYARAT SYAH NYA, TIDAK BOLEH DIGANGGU GUGAT.
Beda sama maulid, dzatnya bukan ibadah.
Maka karena dzatnya bukan ibadah, kita lihat lagi WASAILNYA
Apakah wasail dari maulid ??, APAKAH SARANA UNTUK MENCAPAI MAULID??? yaitu BERKUMPUL..
jadi maulid itu tidak akan terjadi jika tidak berkumpul...
apakah BERKUMPUL ITU IBADAH ?? jawabannya TIDAK.. karena belum jelas berkumpulnya utk apa.. baru sebatas berkumpul saja, belum jelas mau ngapain...maka kita kembalikan kepada hukum asal fiqih dari berkumpul.
KITA LIHAT LAGI KAIDAH2 USHUL FIQIH DISINI https://www.facebook.com/note.php?note_id=464358450301604
disitu dinyatakan bahwa :
ا لأ صــل فى الأ شـــيـاء ا لأ بــا حـة
Hukum asal segala sesuatu adalah boleh
ا لأ صــل فى الأ شـــيـاء ا لأ بــا حـة حــتى يــد ل ا لــد لــيـل عـلى تــحــر يــمــهــا
Hukum sesuatu pada asalnya adalah boleh sehingga ada dalil yang mengharamkannya.
ا لأ صــل فى ا لأ نــســا ن ا لــبــرا ء ة
Asal pada manusia adalah bebas
Maka hukum asal BERKUMPUL itu adalah BOLEH, tidak haram, tidak makruh, dan tidak pula wajib, tidak pula sunnah. Karena belum jelas ngumpulnya mau ngapain.
Setelah kita ketahui hukum WASAILnya adalah MUBAH... maka kita lihat lagi MAQOSIDNYA, (MAKSUDNYA) nah .. inilah nanti yg akan menyiratkan hukumnya..
NGUMPULNYA ORANG MAULID ITU MAKSUDNYA APA?? niatnya apa?? tujuannya apa??
Tujuan orang maulidan adalah untuk dakwah, untuk dzikir, untuk tabligh, untuk silaturrahim, untuk shalawat, utk bahas ilmu, dll.. Maka kita lihat hukum2 dari hal2 ini..
apa hukumnya dakwah ?? Sunnah, dalilnya jelas
apa hukumnya dzikir?? sunnah, dalilnya jelas
apa hukumnya tabligh?? sunnah, dalilnya jelas
apa hukumnya silaturrahim?? sunnah, dalilnya jelas
apa hukumnya shalawat ?? sunnah, dalilnya jelas
MAKA HUKUM BERKUMPUL YANG TADINYA MUBAH... BERUBAH MENJADI SUNNAH, karena MAQOSIDNYA SUNNAH....Inilah maulid
disinilah makanya di katakan MAULID ITU HUKUMNYA SUNNAH..dan ini sama halnya dengan Tahlilan, yasinan, dll
tetapi jika ngumpul2 tadi MAQOSIDNYA (maksud/niat/tujuan) nya utk maksiat, utk gosipin orang, utk maling, MAKA HUKUM BERKUMPULNYA MENJADI HARAM...
karena maksiat dalilnya jelas
gosipin orang dalilnya jelas
maling dalilnya jelas..
Dari tekhnik ini kita bisa melihat hal2 yg lainnya..
Misalnya dakwah di Facebook..
apakah main facebook itu dzatnya ibadah?? tidak
apakah wasailnya (facebooknya) ibadah ?? tidak...
apakah niatnya utk dakwah itu ibadah?? iya,,dalilnya jelas
maka dakwah di facebook hukumnya SUNNAH karena NIATNYA UTK DAKWAH
tetapi jika maqosid facebooknya di gunain utk selingkuh, teror orang, menipu, MAKA MAIN FACEBOOKNYA BERUBAH JADI HARAM..
trus kita lihat lagi yg lain...
Jalan2 pagi contohnya..
apakah jalan2 pagi itu ibadah ? tidak..
apakah wasailnya (jalan kaki) itu ibadah?? tidak
apakah maqosidnya ibadah?? belum tau. jika diniatkan utk menyebar salam dan mentafakkuri alam dan sekeliling bisa berubah jadi sunnah, tetapi jika tujuannya utk nyari AYAM BUAT DI MALING, hukumnya menjadi haram..
trus gimana dengan shalat, atau haji???
shalat dan haji itu dzatiyyahnya (dzatnya) sudah ibadah, dalilnya jelas. Jika dzatnya sudah ibadah maka WASAIL dan MAQOSIDNYA tidak di perlukan lagi utk di bahas.
Karena dzatnya sudah ibadah, berarti ada rukun2 dan syarat2 syahnya. Tidak boleh di ganggu gugat atau di rubah2, jika di rubah inilah yg di sebut BID'AH DHOLALAH..
misalnya shalat, rukun2nya sudah jelas harus rukuk, sujud, dll, KITA TIDAK BOLEH merubahnya misalnya rukuknya di ganti dengan joget2, ini tidak boleh, atau haji wajibnya ke mekkah, tetapi di ganti hajinya ke CALIFORNIA, LAS VEGAS, ini tidak boleh...dan ini bid'ah dholalah..
dari sini kita sudah tau yg mana jenis2 ibadah mahdhoh, dan mana ghairu mahdoh.
ibadah mahdoh adalah ibadah yg dalil2nya sudah jelas, dan para ulama telah menyusun rukun2 dan syarat syahnya, dan sudah di tauqif (dibatasi)...inilah ibadah mahdoh.
1. Shalat ditauqif (dibatasi) dengan gerak. waktu, dan susunanannya. Susunannya tidak boleh di bolak balik, sujud dulu baru rukuk misalnya..tidak boleh, waktunya juga di tauqif, harus sesuai dengan matahari, tidak boleh kita ganti2, misalnya shalat isya di ganti siang, shalat ashar diganti jam 10 pagi, ini tidak boleh, jika di ganti,, inilah yg di sebut BID'AH DHOLALAH...tetapi maksud disini bukan qodho, qodho beda lagi,,,akan tetapi shalat tidak di tauqif dengan tempat, boleh shalat di tempat2 yg tidak di contohkan Rasul, misalnya shalat di indonesia, di amerika, dll
2. Haji, di tauqif (dibatasi) dalam hal tempat dan susunannya. sifat tauqif haji ini beda lagi sama tauqif shalat, jika shalat tidak di tauqif dg tempat, maka haji ini di tauqif dengan tempat dan waktu, Harus di mekkah, tidak boleh di ganti dgn tempat lain, waktunya juga harus di bulan yg ditentukan, tidak boleh haji di bulan ramadhan misalnya.
3. Puasa ramadhan, di tauqif dalam hal waktu, kita tidak boleh melakukan puasa ramadhan di bulan selain ramadhan, misalnya puasa ramadhannya di ganti di bulan muharram saja, ini tidak boleh. tetapi maksudnya bukan qodho.
4. wudhu, ini di tauqif dg cara, tidak boleh kita tukar2, misalnya cuci kaki dulu baru basuh muka, trus balik lagi cuci kaki, ini tidak boleh, karena rukun wudhu dan syarat wudhu sudah ada.
5. zakat fitrah, ini ditauqif dg waktu dan ukuran. Tidak boleh zakat fitrah dilakukan dibulan2 selain menjelang 1 syawal.
inilah contoh2 ibadah mahdoh, jika dirubah dari tauqif2nya maka itulah BID'AH DHOLALAH, dan kaedahnya :
في العبادات التحريم الأصل
Al aslu fil ibaadati at tahrim
Hukum asal ibadah adalah haram.
Maksudnya adalah HUKUM ASAL SEGALA PERBUATAN YANG DZATNYA IBADAH ITU ADALAH HARAM, SEHINGGA ADA DALIL YG MEMERINTAHKANNYA
wahabi sering kali memakai kaidah ini utk mengharamkan maulid, tahlilan, tarekat sufi, yasinan, dll...hal tsb menunjukkan ketidak fahaman mereka terhadap ilmu...jelas2 memakai kaidah itu utk maulid sangat2 tidak nyambung...
Beda sama ibadah ghairu mahdoh, ini tidak di tauqif. Seperti dzikir, sholawat, baca alqur'an, dakwah..para ulama tidak pernah membuat2 rukun dzikir, rukun shalawat, rukun dakwah, Dzikir harus begini begitu, harus berdiri, duduk, gak ada, karena memang tidak ditauqif oleh Rasul harus begini begitu. Dzikir mau berdiri boleh, mau sambil duduk boleh, sambil berbaring boleh, mau ngumpul boleh, mau sendiri2 boleh, mau di bulan berapapun boleh, mau hari apapun boleh, mau sambil nyangkul boleh, mau sambil gendong2 jamu boleh, sambil gendong anak boleh, sambil nanem padi boleh, sambil melempar jala boleh, diatas genteng jg boleh...
begitu juga shalawat...,
dan kaidahnya ibadah ghairu mahdoh termasuk kedalam
ا لأ صــل فى الأ شـــيـاء ا لأ بــا حـة حــتى يــد ل ا لــد لــيـل عـلى تــحــر يــمــهــا
Hukum sesuatu pada asalnya adalah boleh sehingga ada dalil yang mengharamkannya.
Maksudnya adalah HUKUM ASAL SEGALA PERBUATAN YANG DZATNYA IBADAH BUKAN IBADAH ITU ADALAH BOLEH (MUBAH), SEHINGGA ADA DALIL YG MENGHARAMKANNYA.
Pada wilayah ghairu mahdoh itu tidak ada istilah BID'AH DHOLALAH, tidak bisa di bid'ahkan, mau dibid'ah kan gimana? hukum asalnya boleh.
inilah yang harus di pahami secara jeli oleh kita agar tidak mudah tertipu dengan orang lain.
Memang ada rukun2 maulid dan tahlilan yg dibuat ulama kita, akan tetapi sifat rukunnya disini bukan wajib seperti rukun shalat, hanya utk tertib saja, dan tentu beda kedudukannya didalam syariah.
demikianlah penjelasan singkat ini, semoga bermanfaat,,
wallahu a'lam. mohon maaf jika ada kesalahan didalam penulisan...
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer